Indonesia for Humans

Jakarta, Indonesia
Indonesia for Humans is a non-profit-community-based organization for Economy Justice and SOGIE (Sexual Orientation, Gender Identity and Gender Expression) rights.

Sunday, July 29, 2012

Mau dibawa kemana gerakan LGBTTIQ Indonesia?

Tak perlu saya jelaskan panjang lebarpun juga teman teman sudah tau kalau Gerakan LGBTIQ dari awal selalu mengibarkan bendera Hak Asasi Manusia. Kita berjuang untuk persamaan Hak, menghilangkan segala bentuk diskriminasi gender dan sekualitas, mencoba menghilangkan bentuk pemikiran berbasis Patriaki dan menghadiran pemikiran yang berbasis persamaan gender dan sekualitas.

dokumentasi : Viena Tanjung; IWD 2011
Lalu mau dibawa kemana gerakan LGBTIQ Indonesia ke depan? Dengan segala macam bentuk pendiaman paksa yang kita terima hingga sampai persetujuan Indonesia dalam Hukum Mati berdasarkan Orientasi Seksual.

Gerakan kita diserang dari segala macam penjuru diskriminasi yang bertentangan dengan Hak Asasi Manusia hingga membuat kita kecolongan dengan diskriminasi dalam bentuk lain, contohnya dengan adanya FTA antara Uni Eropa – India, yang mengakibatkan harga obat generic India tidak dapat lagi dibeli dengan harga murah, tapi harus mengikuti harga jual Uni Eropa, sedangkan obat generic ini adalah obat untuk HIV yang dibeli oleh Pemerintah Indonesia. Lalu apa yang kita lakukan? Kita berdemo tentang masalah subsidi obat HIV yang merupakan masalah HAM? Kan jadi ironis, karena kita kebakaran jenggot pada saat kebakaran, tapi diam duduk manis pada saat api mau disulut di depan mata kita.


Kalau kita lihat dari sejarah, Pada tahun 1832 Inggris menghapuskan Perbudakan karena Inggris masuk menjadi Negara Industrilisasi. Jadi sebenarnya masalah perbudakan selesai bukan karena majunya tingkat kesadaran akan Hak Asasi manusia, tapi lebih karena majunya tingkat industri mereka.

Dari diatas bisa kita lihat kalau kita mengabaikan satu buah masalah secara besar, dimana sebenarnya pelanggaran HAM adalah salah satu hasil dari permasalah tersebut, yaitu permasalahan EKONOMI. Kita menjadi terlalu naïf dengan mencoba menggali dan menutup lubang satu, lalu lubang satu lagi, lalu satu lagi, berharap dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sama seperti lumpur Lapindo, dimana mereka focus mencoba menutup lubang –lubang semburan, tapi tidak menutup sumber yang menghasilkan lubang tersebut.

Dalam padangan saya pribadi, gerakan LGBTIQ saat ini terlalu mengidentitaskan diri dengan label Hak Asasi Manusia. Dan ini sangat berbahaya jika gerakan LGBTIQ tidak mau terbuka untuk mulai concern dengan isu atau label lainnya.

Sudah saat nya gerakan LGBTIQ Indonesia menjadi sebuah gerakan yang progresif, bukan hanya sebuah gerakan komoditi. Mulai masuk dari sumber permasalahan, bukan hanya masuk dari hasil permasalahan.

Memang ada kendala kendala tersendiri yang dihadapi hingga gerakan LGBTIQ Indonesia sekarang kesulitan untuk menjadi sebuah gerakan yang progresif harus saya akui. Tapi sampai kapan kendala mau dibiarkan menjadi kendala? Harus ada sebuah sikap pemikiran yang mau keluar dari cara pengidentitasan 1 label ke multi label, karena cara cara tersebut akan menghasilkan pengetahuan , dan pengetahuan bisa dijadikan “Jembatan” untuk menyembatani semua kendala kendala yang ada.

Sudah saatnya kita mulai maju dari isu kesehatan reproduksi, ims, HIV, gender dan seksualitas yang berbasis Keadilan HAM, kearah pemahaman isu gender seksualitas yang berbasis pemahaman Keadilan Ekonomi Sosial.

Indonesia yang katanya para Fundamentalis adalah Negara Agama (tertentu) dan selalu bertindak berdasarkan aturan aturan keagamaan (tertentu) untuk membungkam paksa kita. Pada kenyataan nya, bahkan di Yogjakarta sendiri Amien Rais dari partai agama (tertentu itu) kalah dalam pemungutan suara, dan yang menang itu PDI-P. Jadi sebenarnya fundamentalis yg termasuk kaum putihan itu masih kalah dengan yang abangan ( tentang Putihan dan Abangan ini bisa di baca di sejarah Indonesia, seperti buku NUSANTARA karya Bernard H.M. Vlekke). Dari ini bisa kita lihat kalau pengaruh kelompok berbasis fundamentalis itu masih kalah dengan pengaruh kelompok berbasis ekonomi rakyat.

Gerakan LGBTIQ harus ada terwakili dalam setiap gerakan Indonesia, di organisasi (NGO, LSM, hingga Ormas) Buruh, Petani, Nelayan, HAM, Perempuan. Bukan hanya mewakili diri sendiri. Tidak lagi terkesan Middle Class Activicm.
Gabungan dari gerakan mahasiswa dan massa dalam catatan sejarah Indonesia mampu menggulingkan kekuasaan Soekarno dan Soeharto. Dan pasti mampu (meski berliku dan panjang jalannya) menggulingkan para fundamentalis fundamentalis.



Maju terus gerakan LGBTIQ Indonesia, masih dan selalu ada harapan untuk sebuah Indonesia Baru dengan segala keaneka ragamannya!

Ditulis oleh : Viena Tanjung
Diterbitkan di : www.herlounge.com ; tahun 2010.

No comments:

Post a Comment